Senin, 22 Desember 2014

Niat Baik tak Selalu Diterima Orang

Tahun 1995, saya kepingin sekali bisa naik haji sampai-sampai saya menangis. Saat itu, ONH belum ada di tangan. Alhamdulillah, pada tahun 1996 atas izin dan ridho Allah SWT, dengan jalan yang tak terduga, kami berdua (saya dan suami) bisa melunasi ONH.


Menyadari uang dan bekal yang pas-pasan, saya mempelajari manasik secara intens selama sembilan bulan agar bisa menjadi calhaj mandiri selama berada di Tanah Suci. Dari berbagai studi pustaka, video, dan jurnal haji edisi tahun pertama yang diterbitkan oleh Republika ketika itu, saya membuat petunjuk praktis untuk calhaj mandiri, mulai dari persiapan di rumah, asrama haji, Jeddah, Madinah sampai tahapan akhir ritual haji di Tanah Suci.


Ringkasan dan panduan praktis ini kemudian saya bagikan kepada teman-teman satu rombongan. Salah satu hal yang saya anjurkan kepada teman (di luar ritual haji) ialah membawa sandal jepit lebih dari dua pasang untuk berjaga-jaga jika kita kehilangan sandal di masjid. Ini biar tidak usah repot beli sandal di Tanah Suci. Anehnya, saya sendiri kehilangan sandal sampai tiga kali selama di Madinah saja. Suami saya mentertawakan musibah hilangnya sandal secara beruntun sampai tiga kali ini.
http://ich-werde-politiker.blogspot.com


Besok subuh, gantian dia yang kehilangan sandal sampai dua kali dalam satu hari. “Ya..Allah.. kenapa ya… kami sering kehilangan sandal-sandal ini,” begitu saya mengaduh. Teman-teman sekamar mentertawakan saya. “Makanya jangan sok tahu,” kata mereka, terutama jika saya mengingatkan untuk selalu hati-hati agar tidak melanggar wajib haji. “Awas, bisa kena dam lho!”, “Hati-hati, ojo gemampang lo”, dan sebagainya. Tiga hari setelah wuquf, kami (saya dan suami) pindah kamar ke lantai empat Hotel Rawabi yang hanya berjarak kurang lebih 200 m dari Masjidil Haram (arah Babu Fattah/neon biru).


Kamar ini ditinggal penghuninya, kloter l dari Surabaya. Alhamdulillah ya Allah, kami yang hanya punya uang pas-pasan bisa mendapatkan fasiliatas haji plus sekamar hanya berdua sampai saat kepulangan kami ke Tanah Air dua minggu kemudian. Mungkin ini hikmah saya yang selalu diejek teman sebagai orang yang sok tahu, tapi yang Maha Kuasa menilai lain. Subhanallah, wal Hamdulillah, wa Laailaahaillallahu Allahu Akbar. T Rahmawati, jamaah haji 1996


Read more : http://sizematter.blogspot.com



Niat Baik tak Selalu Diterima Orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar