Sabtu, 31 Januari 2015

Manfaat Shalat dengan Berkiblat ke Kakbah (2)

REPUBLIKA.CO.ID – Shalat (rukuk, sujud, dan menyembah pada Tuhan) tanpa berbuat kebajikan bagaikan “tiang tanpa atap”. Demikian pula, berbuat kebajikan tanpa shalat bagaikan “atap tanpa tiang”. Bila terpisah, maka tidaklah akan teraih kemenangan dan keselamatan. Bangunan ibadah tersebut akan ambruk. Shalat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar.


Suatu perbuatan baik bila tanpa dilandasi oleh ibadah kepada Tuhan, akan bermakna sebagai perbuatan yang dilandasi oleh sesuatu selain mencari ridha Allah, misalnya karena ingin terpandang dan dilihat orang, ikut-ikutan tren masa kini, dan sebagainya. Bila ini yang terjadi, apakah mungkin bangunan ibadah akan berdiri? Tentu justru akan ambruk, tidak sempurna, bahkan tidak ada artinya. Fakta sejarah memaparkan bahwa kiblat shalat umat Islam pernah berpindah dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram tatkala zaman Rasulullah SAW. Mulanya, kiblat shalat adalah Baitul Maqdis. Kondisi ini berlangsung selama kurang lebih 17 bulan. Kemudian Rasulullah SAW, atas perintah Allah SWT, memindahkan arah kiblat ke Baitullah (Ka’bah)/Al-Haram hingga sekarang.


Pertanyaannya, mengapa perlu dipindahkan? Allah Berfirman, “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Mahapengasih, Mahapenyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah [2]: 143). Kiblat secara literal, kiblat berarti arah dari pemusatan perhatian.
paket umroh plus turki 2015


Adapun arti kiblat dalam Islam adalah arah menghadapkan wajah ketika mengerjakan shalat. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 115. “Dan milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Mahamengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 115). Ayat ini menerangkan bahwa tidak ada arah tertentu yang perlu ditetapkan untuk menyembah kepada-Nya. Jika tidak diperlukan arah secara lahiriah, maka setiap orang bisa menghadapkan wajahnya ke mana pun ketika dia mengerjakan shalat.


Mengapa bisa demikian? Allah SWT meliputi segala sesuatu sehingga seluruh isi alam semesta raya ini ada dalam “genggaman-Nya”. Ruang dan waktu adalah makhluk ciptaan- Nya semata. Jadi, pantaslah ke mana pun kita menghadap di situ ada Allah. Bagaikan seekor semut dalam genggaman tangan kita, kemana pun semut pergi di situ pula kita ada. Redaktur: Chairul Akhmad Reporter: Hannan Putra


Read more : paket umroh murah 2015



Manfaat Shalat dengan Berkiblat ke Kakbah (2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar